Hari demi hari
berlalu, mencari informasi tentang dirimu telah menjadi hobby baruku. Layaknya
Sherlock Holmes yang terus mencari informasi dan bukti kemudian memadukannya
dengan pengalaman dan intuisi untuk menemukan penyelesaian dari setiap perkara
di segala situasi. Layaknya filusuf yang mencari informasi dan bukti memadukannya
dengan nalar dan hati untuk menemukan dasar dari segala dasar yang ingin ia
cari. Dari hal kecil yang tidak sengaja terlintas, seperti tempat makan
kesukaanmu, warna favorit, caramu mengisi waktu luang, tokoh idola, buku bacaan
sampai ukuran sepatu pun aku ingin tahu.
Aku bersyukur hidup di zaman
dimana banyak orang menceritakan tentang dirinya di media sosial, meskipun kita
tidak bisa menilai 100% tentang kehidupan seseorang hanya dari media sosial. Ya
setidaknya aku bisa berkontak denganmu tanpa harus tahu nomor telfonmu, aku
bisa berkontak denganmu di dunia maya, meskipun aku hanya angin lalu bagimu di
dunia nyata. Setidaknya di setiap pesan singkat dariku yang mungkin kau anggap
mengganggu, notifikasi balasan darimu masih tetap saja yang aku tunggu.
Saling berbalas pesan singkat
masih menjadi media, ketika untuk bertemu dan berbincang masih terlalu
‘berbahaya’. Aku khawatir aku tidak bisa banyak berkata – kata ketika
berhadapan tidak seperti ketika kita berbalas pesan. Belum ada sapaan ‘selamat
pagi’, belum ada panggilan ‘hai jidat jenong’, belum ada pesan yang disampaikan
tanpa alasan, semua pesan bermula dari sesuatu yang kita anggap bisa menjadi
suatu pembahasan, kemudian dengan sedikit bumbu kecerdasan dilanjutkan dengan
melebarkan topik pembicaraan, hingga salah satu dari kita memutuskan untuk
membalas dengan singkat dan menghentikan segala perbincangan.
Tidak mau terburu – buru, aku
mengalir saja bersama arus perbincangan yang kadang deras, dan kadang pula
pelan. Sembari aku ingin tahu bagaimana dirimu, bagaimana pandanganmu tentang
hidup, bagaimana caramu ketika ada masalah, begaimana rencana masa depan dan
cita – citamu, dan aku ingin lebih mengetahui semua hal itu daripada hanya
sekedar tahu warna kesukaanmu atau nomor ukuran sepatumu. Bersamaan dengan
malam yang mulai larut, pembicaraan
dengamu membuatku semakin hanyut.
“Maaf,
aku tidak membalas pesanmu dengan cepat, karena aku sedang berpikir supaya
perbincangan kita tidak berakhir secara singkat. ”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar