Perasaan Aksi Reaksi - 3 : "Massa Percepatan"




         Hari demi hari berlalu, mencari informasi tentang dirimu telah menjadi hobby baruku. Layaknya Sherlock Holmes yang terus mencari informasi dan bukti kemudian memadukannya dengan pengalaman dan intuisi untuk menemukan penyelesaian dari setiap perkara di segala situasi. Layaknya filusuf yang mencari informasi dan bukti memadukannya dengan nalar dan hati untuk menemukan dasar dari segala dasar yang ingin ia cari. Dari hal kecil yang tidak sengaja terlintas, seperti tempat makan kesukaanmu, warna favorit, caramu mengisi waktu luang, tokoh idola, buku bacaan sampai ukuran sepatu pun aku ingin tahu.  

               Aku bersyukur hidup di zaman dimana banyak orang menceritakan tentang dirinya di media sosial, meskipun kita tidak bisa menilai 100% tentang kehidupan seseorang hanya dari media sosial. Ya setidaknya aku bisa berkontak denganmu tanpa harus tahu nomor telfonmu, aku bisa berkontak denganmu di dunia maya, meskipun aku hanya angin lalu bagimu di dunia nyata. Setidaknya di setiap pesan singkat dariku yang mungkin kau anggap mengganggu, notifikasi balasan darimu masih tetap saja yang aku tunggu.

            Saling berbalas pesan singkat masih menjadi media, ketika untuk bertemu dan berbincang masih terlalu ‘berbahaya’. Aku khawatir aku tidak bisa banyak berkata – kata ketika berhadapan tidak seperti ketika kita berbalas pesan. Belum ada sapaan ‘selamat pagi’, belum ada panggilan ‘hai jidat jenong’, belum ada pesan yang disampaikan tanpa alasan, semua pesan bermula dari sesuatu yang kita anggap bisa menjadi suatu pembahasan, kemudian dengan sedikit bumbu kecerdasan dilanjutkan dengan melebarkan topik pembicaraan, hingga salah satu dari kita memutuskan untuk membalas dengan singkat dan menghentikan segala perbincangan.

               Tidak mau terburu – buru, aku mengalir saja bersama arus perbincangan yang kadang deras, dan kadang pula pelan. Sembari aku ingin tahu bagaimana dirimu, bagaimana pandanganmu tentang hidup, bagaimana caramu ketika ada masalah, begaimana rencana masa depan dan cita – citamu, dan aku ingin lebih mengetahui semua hal itu daripada hanya sekedar tahu warna kesukaanmu atau nomor ukuran sepatumu. Bersamaan dengan malam yang mulai larut,  pembicaraan dengamu membuatku semakin hanyut.





“Maaf, aku tidak membalas pesanmu dengan cepat, karena aku sedang berpikir supaya perbincangan kita tidak berakhir secara singkat. ”








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@templatesyard