Perasaan Aksi Reaksi - 2 : "Integral Pengharapan"




Aku ingin bisa menyapamu di sela kerumunan orang – orang yang sudah terlanjur masuk dan akrab ke dalam kehidupanmu. Namun, apalah dayaku yang masih sangat  asing bagimu. Hal kecil tentangmu saja aku besar-besarkan, bertemu di lorong, berpapasan di kantin, sepeda motor bersebelahan bahkan melihatmu tiba – tiba berhenti membenarkan tali sepatupun aku besar – besarkan.   Melihatmu dari setiap celah, memperhatikanmu tanpa lelah, meski kadang hati ini resah, apakah perasaanku ini salah ? Entahlah, toh saya aku meyakini setiap perasaan baik ini memang fitrah.


       Dalam hati kecil yang sering berbenturan, ada peperangan yang sulit untuk aku hentikan, ada musuh yang harus segera aku kalahkan (penasaran), tapi di sisi lain aku merasa lebih baik untuk tetap aku rahasiakan, bukannya takut akan setiap penolakan, ataupun dengan kehilangan, tetapi aku lebih takut jika tidak bisa membahagiakan, hanya bisa memberi harapan tanpa kepastian, pertanyaan – pertanyaan yang mengganggu dan perliaku yang tak tulus nan semu.


      Bertahun – tahun mengenyam dunia pendidikan dari bangku sekolahan hingga perkulaiahan, tidak ada yang mengajari tentang bagaimana membaca suatu perasaan , tidak ada bahasa yang mampu menerjemahkan, tidak ada rumus yang mampu memecahkan dan tidak ada zat kimia yang mampu menetralkan. Aku yang terlalu malas untuk belajar, menganggap remeh suatu perasaan, hingga aku merasa gagal ketika menghadapi ujian.


    Seperti halnya orang yang merasa gagal lainnya, lagi – lagi perasaanku dihadapkan dua pilihan, antara untuk frustasi dan berhenti, atau bangkit dan memperjuangkannya kembali. Meskipun aku masih dalam tahap yang sebenarnya aku tidak tau aku sampai mana, hanya sekedar menunggu dan berharap, kita bertemu dan saling tatap, sampai nanti aku merasa diriku telah siap. Di  langit dimana burung-burung mengepakkan sayap, aku sertakan imajinasiku meninggi  dengan segala harap. 


               









“Pada setiap kesempatan yang bekerja sama antara ruang dan waktu, aku hanya menunggu suatu kebetulan tercipta dan kita berbincang dengan mata kita saling bertemu ”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox

@templatesyard