Hari itu sedikit
mendung, awan tipis menutupi jalan sinar matahari. Aku melihatmu dengan wajah
murung di bangku taman kala itu, mendakitmu ? Jangan bercanda, tentu saja aku
belum berani.
Aku kembali ke kesibukanku di
taman kala itu, sembari sekali – kali mencuri pandangan ke arahmu. Sampai pada
pandanganku yang entah ke sekian kali, aku sudah tidak melihatmu di bangku
taman tempatmu tadi bermurung.
Dua jam berlalu aku pun beranjak
dari bangku taman, aku merasa sudahi saja apa yang baru saja menjadi
kesibukanku. Langit semakin gelap, aku berprasangkan hujan akan segera turun.
Aku bergegas ke arah sepeda motorku, aku pun pergi dengan sedikit terburu –
buru.
Tanpa petir atau kilat, gerimis
tipis pun mulai turun membasahi bumi. Aku memutuskan untuk berteduh, kebetulan
ada kedai kopi di sebelah kiri jalan, aku parkirkan sepada motorku di bawah
kanopi, aku masuk ke kedai pesan secangkir kopi. Tidak lama kopi panas yang aku
pesan telah datang, pramusaji dengan senyum manisnya berkata : “Selamat
menikmati mas, gulanya terpisah, tapi untuk sementara saja kok mas, kalau jodoh ada jalannya kok.”
Menahan senyum menjadi perkara
yang sulit saat ini, entah dengan cara apa, sepertinya pramusaji manis tadi
seperti mengetahui apa yang sedang terjadi. Entah kenapa ucapan tadi menjadi
racun dunia imaji, mengingat apa yang telah terjadi, berhalusinasi terhadap
masa depan seolah semoga jalan cerita hidupku nanti seperti itu dan seperti
ini.
Ruangan bertema vintage dengan penataan cahaya yang
tepat, serta dekorasi dan rak-rak buku yang cukup proporsional menambah tingkat
syahduhnya sore itu menunggu hujan. Tak sengaja ketika aku menyesap kopi dan
memperhatikan detail dari setiap dekorasi, aku melihatmu di ujung ruangan dekat
jendela sedang menatap jalanan yang
mulai deras dibasahi oleh hujan.
Tepat ketika hujan mulai deras,
aku memutuskan menemuimu sebelum kau pergi hanyut bersama redanya hujan. Aku
bawa kopiku bersamaku, untuk menemaniku menjadi saksi keberanianku menemuimu.
Tidak kusangka kau seramah itu, menyambutku dengan sapaan yang membuatku malu,
“Kirain mau tetap disitu, aku udah lihat sejak kau di parkiran”.
“Meskipun sebab kita bertemu adalah
hal yang sepele, tetapi maaf aku tidak bisa menganggap sepele jika itu
denganmu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar